Kosku Bagaikan Benalu Tua


Add caption
Selalu menjengkelkan hati rasanaya, yah setidaknya begitulah yang aku rasakan tiap hari. Hidup di kos yang diselimuti orang-orang yang bermuka dua sungguh sangat menyebalkan ternyata. Iri, dengki selalu tumbuh dalam jiwa ketika melihat perlakuan mereka kepadaku. Selalu diasingkan ketika mereka tak membutuhkanku, tp serasa merayu ketika apa yang aku bisa tapi mereka membutuhkannya. Padahal ketika ketemu aku selalu coba tersenyum dan menyapa sok akrab gitu.

Sering kali aku sedih dan takut ditinggal sendiri di kos saat mereka pergi maen. Diam-diam mereka keluar tanpa mengajakku, ya setidaknya ngasih tau lah atau gimana gitu biar akunya tidak merasa dicuekin kaya gini.

Aku teridam dan merenungi apa yang terjadi kepadaku. Mengurai satu demi satu segala kekurangan dan perlakuanku. Apakah aku pernah melakukan hal yang fatal menurut mereka sehingga aku diasingkan seperti ini.. apakah aku memang tidak sepadan dengan mereka hanya berniat untuk menjalin sebuah persahabatan… bingung dan bingung yang bisa aku rasakan. Entah apa yang harus ku perbuat hingga mereka paham atas niat tulusku ini.

Hari demi hari kujalani dengan tak sempurna rasanya. Muka hasil dari kerja rodi di kampus semakin memucat setelah melihat pintu kos. Ingin rasanya siang menjadi panjang meskipun mau muntah juga rasanya dijejali materi-materi kuliah yang kadang membosankan. Mungkin itu lebih baik daripada aku harus merasakan perang batin di kos. Memperlambat langkah masuk kos sambil mengatur nafas agar tensi tidak naik dan juga agar tidak menyinggung perasaan mereka.

Lega rasanya bisa masuk kamar tanpa ada komentar. Tapi seperti biasanya bagai burung kicaunya keras banget pas lagi tidak berhadapan. Suaranya serasa menusuk-nusuk hati  bahkan jantung juga kali, tiap kali mereka menggunjing membicarakan tentang kejelekan-kejelekanku. Ingin ku hadapi langsung mereka tapi takut perang dunia ke-3 terjadi. Ingin ku mengadu kepada buku-buku kuliah tapi isinya Cuma tentang melahirkan. Ingin mengadu kepada malam tapi seolah cuek, bahkan bintang dan bulanpun enggan menampakkan wajahnya sekedar mendengar keluh kesahku. Temen-temen lain kos tak bisa tiap hari temani kesepianku. Mentok-mentoknya utak-utik HP gak jelas, dengerin music galau dan yahh… mungkin ini derita gue kali ya.

Nikmati dan hadapi dengan senyum aja, tak perlu menjadi beban pikiran. Sesekali menjadi egois memang diperlukan kayaknya agar hidup tak terasa tertindas oleh debu-debu kegalauan. . . . ^_^



Eno, tetep tersenyum dan selalu tersenyum…. Jadikan sejarahmu jadi cerita anak cucumu nanti. . .

6 komentar:

  1. saiiiaaa jugga pernah merasa seperti itu. .

    BalasHapus
  2. eiiy maen ke kontrakan umi nya lagh biiii....

    BalasHapus
  3. cikelaa..ngece tenan ki.. hayoo...lanjutin nulisnya ya..

    BalasHapus
  4. hehehehe... ya kan antisipasi..

    BalasHapus